KAJIAN JUDUL DAN TEMA SKRIPSI
JUDUL
GALERI SENI TOPENG TRADISIONAL DIKOTA MALANG
TEMA
ARSITEKTUR METAFORA
Definisi Judul
Judul yang menjadi Usulan Konsep
Skripsi adalah Galeri Seni Topeng Tradisional di Kota Malang, Yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
-
Galeri
adalah ruangan atau gedung untuk memamerkan benda atau karya seni dan
sebagainya
-
Seni
adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa
-
Topeng
adalah hasil pahatan yang menyerupai wajah, bahkan profil yag diukirkan adalah
mempresentasikan keseluruhan pribadi (profil muka), maka “topeng” dapat dikenali sebagai keseluruhan pribadi seseorang,
artinya topeng adalah menggambarkan karakteristiik atau kepribadian seseorang
(hidayat, 2008 : 2)
-
Tradisional
adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek
moyang yang terdahulu.
-
Di
adalah kata depan untuk menandai tempat atau waktu
-
Kota
Malang yang dimaksud adalah kota malang sebagai pusat aktifitas dan kehidupan
di Jawa Timur.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka Galeri Seni Topeng Tradisional di Kota Malang adalah
tempat atau wdah yang dapat menampung dan memfasilitasi segala kegiatan seni
topeng tradisional di malang. Mulai dari kegiatan pameran, diskusi para
seniman, pelatihan seni topeng kepada masyarakat, serta pembuatan karya seni
topeng itu sendiri.
Galeri
merupakan suatu fasilitas yang berisi ruang pamer yang mengkomunikasikan
karya-karya visual art atau seni isual.adapun factor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam mengkomunikasikan karya-karya seni secara visual yaitu
sebagai berikut :
-
Standar
rata-rata manusia Indonesia sehingga pandangan mata dapat mencakup obyek yang
dilihat dalam posisi nyaman
Secara
umum galeri adalah tempat memajangkan atau memamerkan suatu karya seni agar
para kolektor-kolektor seni maupun masyarakat wam dapat menikmati karya seni.
Menurut
ektimologinya akta gallery atau galeri, berasal dari bahasa latin : Galleria
dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia,
galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan
untuk memamerkan karya seni.
Galeri
merupakan ruang paling utama karena berfungsi mewadahi karya-karya seni yang
dipamerkan. Pada perkembangan selanjutnya galeri berdiri sendiri terlepas dari
museum, fungsi galeri juga berkembang bukan hanya sebagai ruang untuk menjual karya
seni atau proses transaksi barang seni. Senada yang digambarkan dengan darmawan
T (1994) bahwa galeri lebih merupakan bagian dari pertumbuhan ekonomi dari pada
perkembangan seni. Pertumbuhan galeri prinsip pada memutar seni dengan uang dan
menggerakan uang dengan seni. Saat ini galeri mengalami perubahan dalam
penyusunan ruang, ruangnya maupun pengaturan objek dan dipergunakan untuk
kepentingan public dari segi fungsi galeri juga mengalami perkembangan.
Fungsi
awal galeri sebagai tempat memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal
masyarakat luas, yaitu sebagai tempat :
-
Mengumpulkan
hasil-hasil karya seni
-
Memamerkan
hasil karya seni
-
Memelihara
karya seni
Seni adalah bentuk ekspresi yang
dicurahkan dari dalam jiwa manusia, disampaikan dalam berbagai bentuk dan
diterima oleh indra. Contohnya seni suara untuk indra pendengar, seni lukis
untuk indra penglihat, dsb. Jadi di dalam setiap manusia memiliki jiwa seni dan
berda-beda karena setiap orang diciptakan tidak ada yag sama. Bentuk seni dapat
beraneka ragam dan dapat ditemui dimana saja .
Menurut
Robbi Hidajat Staf Pengajar Jurusan Seni dan Desain, Program studi Pendidikan
Seni Tari dan Musik Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Indonesia.
Topeng
malang adalah suatu jenis topeng jawa yang berkembang di Malang Jawa
memperhatian bentuk raut topeng yang digamarkan tergolong dalam genre
tokoh-tokoh lakon panji. Topeng berfungsi sebagai property seni pertunukan
wayang topeng.
Galeri
adalah ruangan atau gedung tempat memerkan benda atau karya seni. Kata seni
merupakan kata umum yan tidak asing lagi bagi kehidupan manusia, dalam
terjemahan bahasa inggris menjadi kata fine arts atau art. Sedangkan kata art
sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti skill yang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia memiliki arti kemampuan atau kecakapan. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, seni memiliki pengertian :
1. Kecakapan membuat atau
menciptakan Sesutu yang elok-elok atau indah
2. Sesuatu karya yang biasa dibuat
atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa seperti sajak, lukisan,
ukir-ukiran dan sebagainya.
3.
Kecakapan
batin (akal), untuk dapat mengadakan sesuatu yang luar biasa
Macam-macam galeri seni
Galeri
seni dapat dibedakan berdasarkan :
1. Tempat penyelenggaraan,
dibedakan menjadi:
-
Traditional
art gallery, galeri yang aktiitasnya diselenggarakan di selasar atau lorong
panjang
-
Modern
art gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara modern
2. Sifat kepemilikan, dibedakan
menjadi :
-
Priate
art gallery, galeri yang dimiliki oeh perseorangan/pribadi atau kelompok
-
Public
art gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum
-
Kombinasi
dari kedua galeri diatas
3. Isi galeri,dibedakan menjadi :
-
Art
gallery of primitive art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas dibidang seni
primitive
-
Art
gallery of classical art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni
klasik
-
Art
galleri of modern art, galeri yag menyelenggarakan aktivitas di bidang eni
modern
4. Jenis pameran yang diadakan
-
Pameran
tetap, ameran yang diadakan terus-menerus tanpa ada batasan waktu, hasil karya
seni yang dipamerkan dapat tetap maupun bertambah jumlahnya.
-
Pameran
temporer, pameran yang diadakan dengan batas waktu tertentu
-
Pameran
keliling, pameran yang berpindah-pindah adri satu tempat ke tempat yang lain.
5. Macam koleksi, dibedakan
menjadi :
-
Galeri
pribadi, tempat untuk memamerkan hasil karya pribadi seniman itu sendiri tanpa
memerkan hasil karya seni orang lain dan hasil karya seniman itu tidak
diperjualbelikan untuk umum.
-
Galeri
umum, galeri yang memarkan hasil karya dari berbagai seniman, hasil karya para
seniman itu diperjualbelikan untuk umum
-
Galeri
kombinasi, merupaka kombinasi dari galeri pribadi dan galeri umum, karya seni
yang dipamerkan dalam galeri ini ada yang diperjualbelikan untuk umum, ada pula
yang merupakan koleksi pribadi seniman yang tidak diperjualbelikan. Hasil karya
seni yang dipamerkan merupakan hasil karya seni dari beberapa seniman
Pegguna galeri seni
-
Seniman,
bertugas memberikan pengarahan, penjelasan, dan mempraktekan langsung kegiatan
membuat karya seni didalam workshop
-
Pegunjung,
atau penikmat karya seni, dapat berasal dari berbagai kalangan dan Negara
(wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara), galeri seni tidak membatasi
pengunjung, galeri seni adalah milik semua orang.
-
Pengelola
adalah sekelompok orang yang bertugas mengelola kegiatan yang berlangsung dan
akan berlangsug dalam galeri seni.
Deskripsi Kegiatan
Deskripsi
kegiatan yang disediakan pada Galeri Seni Topeng Tradisional di Kota Malang
adalah sebagai berikut :
-
Kegiatan
pameran : mengadakan pameran seni rupa hasil karya seniman local
-
Kegiatan
penjualan : menjual hasil karya seni yang dipamerkan atau souvernir berbagai
alat dan bahan untuk keperluan seni
-
Kegiatan
ilmiah : mengadakan seminar, diskusi, pertemuan, penelitian, dan sebagainya
untuk membahas berbagai hal yang berhubungan dengan seni rupa dan sekligus
menambah wawasan mengenai seni rupa itu sendiri
-
Kegiatan
perawatan dan perbaikan : merawt karya seni rupa yang dipamerkan untuk
menghindari kerusakan
-
Kegiatan
pendidikan : mengadakan pelatihan berupa kursus-kursus mengeni seni rupa kepada
masyarakat dan pelajar untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni rupa.
-
Kegiatan
khusus : mengadakan perlombaan kegiatan seni rupa dan melelang karya seni rupa
dari hasil para seniman,
-
Kegiatan
pengelolaan : mengelola berbagai macam bentuk kegiatan pada Galeri Seni Topeng
Tradisional di Kota Malang
Fasilitas Galeri
Sebuah
galeri harus memiliki fasilitas-fasilitas baik utama maupun penunjang.
Fasilitas
utama yang terdapat dalam sebuah gallery :
-
An
Introductory space, sebagai ruang untuk memperkenalkan tujuan galeri dan
fasilitas apa saja yang terdapat di dalamnya.
-
Main
gallery display, merupakan tempat pameran utama
Ruang-ruang
pameran haruslah :
-
Terlindungi
dari gangguan, pencurian, kelembapan, kering dan debu
-
Mendapat
cahaya dan penerangan yang baik
-
Dapat
dilihat public tanpa menimbulkan rasa lelah
Fasilitas
penunjang yang terdapat dalam sebuah galei yaitu
-
Library
Berisi buku-buku maupu iformasi
yang berkaitan denga barang-barang yang dipamerkan di sebuah galeri
-
Workshop
Tempat
pembuaan maupun penyimpanan karya seni
1. DEFINISI
TOPENG MALANGAN
Topeng
dipahami sebagai hasil pahatan yang menyerupai wajah, bahkan profil yag
diukirkan adalah mempresentasikan keseluruhan pribadi (profil muka), maka
“topeng” dapat dikenali sebagai
keseluruhan pribadi seseorang, artinya topeng adalah menggambarkan karakteristiik
atau kepribadian seseorang (hidayat, 2008 : 2)
Topeng dapat dipahami dalam beberapa
istilah, menurut pengertian dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah tapel,
aitu diartikan sebagai popok (menempel atau menutupi anggota badan dengan
sesuatu). Popok memang tidak memiliki hubunan langsung dengan topeng, tetapi
popok itu diartikan sebgai sesuatu barang yang ditempelekan (hidayat, 2008 : 8).
Fungsi Galeri Seni Topeng
Tradisional di Malang
Fungsi
perancangan Galeri seni topeng dimalang yaitu sebagai wadah kreatifitas kota malang dan kabupaten malang. Melihat
realita sekarang ini, malang nyaris kehilangan identitas, karena banyaknya
budaya dari luar yang masuk dimalang raya. Fungsi perancangan galeri seni
topeng tradisional dimalang, antara lain :
-
Fungsi
utama perancangan galeri seni topeng malangan sebagai wadah untuk menjaga dan
melestarikan seni topeng tradisional malangan serta menjadi icon kota malang yang
mencakup pameran dan pertunjukan seni dan budaya malang
-
Fungsi
penunjang Perancangan galeri seni topeng tradisional di malang sebagai sarana
pembelajaran (education) dan wisata budaya.
-
Sebagai
tempat mengumpulkan, memamerkan, dan memelihara karya seni
-
Wadah
untuk menorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni
-
Tempat
untuk jual beli karya seni, untuk menunjang kelangsungan hidup seni dan geleri
-
Sebagai
tempat rekreasi budaya
2.
PENGERTIAN PAMERAN
DALAM
BUKUNYA “MENIMBANG RUANG MENATA RUPA, MIKE SUSANTO 2004 ”
The
exhibition is a tool of a thousand-and-one purposes, an half of them ot yet
been discovered.
“Exhibition”
sepadan dengan beberapa kata ini : konvensi, eksposisi, forum, pameran,
display, atau pertemuan, dan sebagainya. Istilah “ekshibisi” dan “display”
misalnya, digunakan erganti-ganti oleh siapa saja yang berkepentingan, terutama
pada dunia promosi-ekonomi. Peredaan tradisional antara “display” sebagai suatu
kata kerja dengan “ekshibisi” sebagai suatu kata benda (misalnya, mengdisplay
di suatu ekshibisi) masih ditemukan dalam banyak kamus, tetapi diabaikan dalam
dunia praktik. Dalam jargon seni rupa, semua disebut “pameran”, sekalipun pada
hal-hal tertentu memiliki perbedaan yang khas.
Tipe Pameran
Terdapat
dua tipe atau gaya pendekatan utama berdasarkan karya dari suatu pameran, yaitu
:
-
Tipe
gaya dengan pendekatan estetik (sebut saja tipe estetik), merupakan pameran
yang berkonsentrasi pada pandangan bahwa obek memiliki nilai intrinsic yang
dengan sendirinya berbicara untuk dirinya sendiri. Penekanan diberikan kepada
hak dari objek untuk berdiri sendiri. Menurut Hans Jorg Furst dalam suatu
esainya, art exhibition do not intend to
provide information on the aesthetic qualities (pameran seni tidak ermaksud
untuk menyediakan informasi tentang latar belakang budaya objek, tetapi
merepresentasikan kualitas estetik dari ojek itu sendiri).
- Tipe / gaya dengan pendekatan
rekonstruktif (sebut saja tipe rekonstruktif), adalah suatu pendekatan yang
menghadirkan objek sebagai suatu yang memiliki arti secara etnografi dan
bberusaha untuk menginformasikan budaya latarnya.
Adapun
beberapa tipe perhelatan/pameran berdasarkan tujuannya, yaitu sebagai berikut :
-
Fundraising,
berarti pameran yang bertuuan utama penggalangan dana, baik ang bersifat untuk
mencari laba secara pribadi maupun amal yang disumbangkan untuk sebuah lembaga
atau kepentingan masyarakat.
-
Apresiasi,
berarti bertujuan lebih pada persoalan dan kepentingan edukasi public terhadap
apa yang terjadi pada seni rupa. Pameran ini cenderung memiliki tujuan untuk
mengeksplorasi berbagai kecenderungan yang terjadi pada seni rupa, baik
kuratorial, tema, teknik, bahan, dan sebagainya. Keuntungan capital atau
terjadinya transaksi dianggap sebagai akibat (efek), bukan tujuan utama.
Berbagai lembaga swadaya, pemerintah, lembaga pendidikan, atau
kelompok-kelompok kesenian tertentu banyak melakukan pameran yang bertujuan
semacam ini. Pemberlakuan system kurasi dan penyeleksian cenderung ketat karena
disesuaikan dengan public yang ada dan situasi yang muncul.
- Festival/Pesta, berarti pameran
yang bertujuan untuk menggalang kebersamaan. Bertujuan seperti halnya sebuah
pesta yang biasanya tanpa kuratorial dan seleksi yang ketat, tema cenderung
general dan dapat bertuuan antara kedua tipe yang telah disebut di atas.
Beberapa contoh pameran ini adalah FKY (Festival Kesenian Yogyakarta), FKI
(Festival Kesennian Indonesia), Jak-Art (Jakarta Art Festival), BAE (Bandung
Art Event), Makassar Art Foum, Pekan
Mahasiswa Seni Nasional, dan sebagainya.
Karakter Pameran
Dibawah
ini merupakan karakter (sifat-sifat) pameran yang disebabkan oleh beberapa
alasan yakni sebagai berikut .
-
Menurut
Jumlah Peserta (Tunggal & Bersama)
Pameran
tunggal adalah mengetengahkan karya seorang perupa yang biasanya diambil dengan
sudut pandang tetentu misalnya proses kreatif (seperti karya-karya terbaruya),
respon atas kejadian yang menimpa perupa (kepindahan dari tempat yang lain,
atau dokumentasi kejadian), atau alasan lainnya. Perupa dengan bebas menentukan
tema pamerannya sendiri atau meminta bantuan orang lain (seperti curator) untuk
melihat kemampuan yang dimilikinya. Tentu saja perupa tidak akan hanya sekali
pameran tunggal, namun ia akan berupaya sesering mungkin berpameran tunggal, sehingga dalam hal ini perupa harus
banyak berduskusi dengan berbagai jenis profesi (manajer, curator, pemilik
galeri/ museum, peneliti) dalam menentukan tema atau karya yang kan disajikan
daam setiap pameran tunggalnya, bisa lewat wacana (tema) atau teknik
(artistic)-nya. Sangat memungkinkan pula bahwa pameran tunggal diadakan bukan
oleh perupanya sendiri, namun inisiatifnya dimulai dari dan oleh lembaga
tertentu, mugkin karena alasan perupanya telah almarhum atau karena alasan
tertentu lainnya.
Adapu
pameran bersama lebih mengetengahkan kebersamaan dari dalam berpameran atau
setidaknya pameran dengan peserta lebih dari satu orang. Pameran ini bisa
digagas oleh kelompok perupa atau bukan perupa bersama terjadi karena diundang
oleh penyelenggara pameran, tanpa memandang unsur-unsur gaya atau identitas
perupa. Pameran semacam ini karakter dan sifatnya sangat longgar serta memiliki
khasanah yang sangat beragam.
-
Menurut
jenis kelompok
Biasanya
disebut pula dengan pameran grup (kasus ini merupakan bahasan lebih lanjut dari
pameran bersama, seperti poin diatas), namun lebih mengetengahkan suatu
kelompok seniman atau perupa yang tergabung karena alasan-alasan tertentu,
seperti karena alasan gender, agama, suku, usia, sanggar,institusi, angkatan,
dan lain-lai. Alasan-alasan tersebut dapat saja dipakai sebagai tema/kurasi
pameran atau hanya sebagai alasan berkumpul, tetapi tidak sebagai isu yang
diangkat. Semua bergantung pada tujuan yang ingin dicapai bersama.
-
Menurut
waktu/berkala (annual, biennial, trienal).
Pameran
yang mencoba menadikanwaktu sebagai penanda dan bagian dari pijakan
pelaksanaannya. Lihat lebih jelas ada sub-sub berikutnya, pameran berdasar
“Tempo Pameran”.
-
Menurut
Jenis Karya (Bahan, Alat, Teknik, Gaya, Konsep, Aliran, Media).
Pameran
disini lebih mengetengahkan unsur-unsur yang ada pada karya seni rupa itu
sendiri. Baik tema maupun kebijaksanaan pameran diambil setelah mencermati
karya seni rupa yang dipamerkan, misalnya pameran komik, sketsa, pameran cat
air, pameran patung. Pameran lukisan Realisme,
proyek seni konseptual, pameran digital art, dan lain-lain.
Pelaksanaannya bisa tunggal ataupun kelompok/ bersama-sama.
-
Menurut
Ruang (Formal-Nonformal, Nyata-Ilusif)
Ruang
formal berarti tempat dimana tempat tersebut memang dikhususkan untuk menggelar
pameran seni rupa, misalnya museum, galeri, art shop, rumah seni, balai lelang,
dan sejenisnya baik yang berada didalam maupun di luar ruang nyata. Sedangkan
ruang non-formal berarti tempat yang dirasa lebih bebas dan tanpa ikatan dan
batasan formal, seperti mal, gedung bioskop, stasiun, lapangan, gunung, sawah,
warung makan, dan sebagainya.
Persoalan
ruang dalam hal ini berlanjut pula pada ruang nyata atau actual space (yang
sangat terlihat dalam seni patung atau seni tiga dimensi lainnya yang bersifat
fisikal)dan ruang ilusif atau illusory space sebagai ruang yang berfungsi untuk
memamerkan seni-seni konsep atau virtual/maya seperti pada internet dan sebuah ruang iklan di media
massa (Koran dan majalah). Jelasnya jenis pameran dengan menggunakan ruang
ilusi ini semakin lama akan semakin berkembang.contohnya pameran lukisan pada
website, atau pameran desain web itu sendiri.
-
Menurut
Tempat (Indoor & Outdoor)
Indoor
berupa pameran yang digagas dalam suasana dan ruang di dalam gedung/bangunan,
baik itu digaleri, museum, mal, rumah tinggal, rumah sakit, htel, restoran, dan
lain-lain. Karakter semacam ini merupakan pembelahan dari penggolongan menurut
ruang formal dan nyata pada kasus poin 5.
Outdoor
berupa pameran yang dilaksanakan di lar ruangan. Misalnya menetap dan berada di
taman kota, jalan raya, lapangan, halaman parker, danau, laut, ataupun pameran
yang dilaksanakan dengan cara menggelarkan karya dengan cara tidak menetap atau
berjalan kaki atau menggunakan bantuan alat/kendaraan dari satu tempat ke
tempat lain dimana kebanyakan berada di luar ruang pameran.
-
Menurut
pelaku (Perupa & Non perupa)
Pameran
yang digagas perupa memang sudah sangat biasa, karena aktiitas pameran telah
menjadi proses hidup yang harus dilalui oleh perupa. Adaun pameran yang
dilakukan non-perupa memiliki kecenderungan lebih khusus. Dimana pameran ini
dilakukan oleh orang yang bukan penggiat seni rupa secara langsung, tetapi
memiliki kualitas dan kepercayaan diri untuk berani melakukan pameran seni
rupa. Contohnya adalah pameran “Lukisan Bukan Pelukis”, pameran seni rupa oleh
wartawan, dosen non-seni, pengusaha, arsitek, desainer, pejabat dan sebagainya,
termasuk pameran yang dilakukan oleh curator itu sendiri.
Tempo Pameran
Pameran
pameran dibawah ini dikategorikan berdasar dari waktu yang dipakai. Kategori
waktu tidak dibatasi dengan pengertian jam, hari atau kala yang terbatas secara
jelas, namu lebih berdasar pada seberapa lama pengunaan waktunya. Berikut
kategori tersebut :
1. Pameran Tetap / Permanen
Merupakan
pameran yang memiliki tempo tidak terbatas, artinya pameran atau karya tersebut
digelar secara terus-menerus. Biasanya diadakan oleh museum/galeri/lembaga
non-seni rupa (biasanya pula kolektor) yang selalu memajang karya-karya
koleksinya, baik yang berkualitas maupun tidak. Pameran ini sebenarnya tidak
terlalu menyita perhatian lembaga untuk melakukan sejenis promosi/ kerja
manajemen besar-besaran secara khusus, namun lebih digerakkan bersama dengan
promosi biasa (promosi organisasi/lembaga). Karena pameran ini tidak digagas
lebih spesifik, maka yang terlihat dalam program semacam ini hanyalah
menyajikan koleksi untuk lembaga itu sendiri, lebih mengarah pada kepentingan
bukan pada karya itu sendiri, sekalipun nilai-nilai terhadap hal itu juga
kadang-kadang ada.
Dalam
skala yang lebih besar, peletakan karya-karya untuk kepentingan dan ruang
public juga termasuk dalam pameran semacam ini, Seni Rupa Publik seperti
patung, mural, bangunan arsitektural, atau seni public lainnya yang ditempatkan
di ruang public nyata – maupun misalnya karya dua dimensi yang sengaja
diletakkan pada Koran atau majalah adalah sebentuk karya yang dipamerkan untuk
emnunjukan kesungguhan dan kepedulian pemerintah atau masyarakatnya terhadap
seni rupa, atau untuk emnunjukkan nilai-nilainya menjadi manusia yang tahu dan
berperasaan seni adalah salah satu contoh didalamnya.
2. Pameran Temporer/Insidental
Pameran
temporer/incidental adalah kebalikan dari pameran diatas, merupakan pameran
yang memiliki batas waktu tertentu, dimanapun pameran ini digelar. Pameran ini
adalah pameran yang paling umum diselenggarakan, dengan memakai berbagai alasan
dan keinginan. Batas waktu yang diberlakukan biasanya tergantung pada alasan
yang bersifat personal maupun kebiasaan umum, bisa dalam hitungan hari, minggu
atau bulan.
Pameran
temporal/incidental semacam ini bisa saja diselenggarakn oleh pribadi
(tunggal), kelompok atau merupakan hasil penggalangan antar-individu (festival,
kejuaraan, berkala), baik pada ruang/tempat yang resmi maupun tidak, atau pada
ruag nyata maupun maya (digital, virtual). Karena pameran yang diselenggarakan ini
memiliki batas waktu yang ditentukan maka pengelola/panitia harus melakuka
langkah-langkah untuk manajemen waktu, karya, dan dana yang dimiliki.
Manajemen
pameran semacam ini terasa lebih rumit dibandingkan pameran tetap. Oleh karena
itu pihak penyelenggara (atau perupa) harus menyiapkan berbagai perangkat
didalamnya, seperti persiapan tema atau kurasi, penyediaan tempat/ruang, alat
yang pas, karya yang sesuai dan berkualitas, penggalangan dana, karya atau
seniman yang ikut, dan lain sebagainya.
3. Pameran Keliling
Pameran
keliling diklasifikasikan sebagai pameran temporer/nsidental namun
dilangsungkan beberapa kali secara bergilir dari satu tempat ke tempat lain
(travelling exhibition), baik yang diselenggarakan oleh museum, galeri, atau
organisasi lain dan individu. Tentunya dalam hal ini terdapat keunikan-keunikan
masalah dalam memanajemen waktu maupun tempat, uga memakan energy yang lebih
dari sekadar pameran tetap dan temporer seperti diatas. Soal materi karya tentu
juga bebas, bisa koleksi yang biasanya dipamerkan secara tetap, maupun karya
yang dikumpulkan secara khusus.
Pameran
keliling biasanya diselenggarakan oleh pihak-pihak yang berniat memamerkan
karyanya untuk tujuan menjaring penonton yang lebih luas.disana tidak
berpretensi hanya untuk satu kota/ daerah/ Negara saja, tetapi digelar dibanyak
kota/daerah/Negara. Misalkan saja pameran seni rupa Indonesia yang digelar di
beberapa Negara di Asia, Eropa, Maupun di Astralia, atau sebaliknya. Bisa pula
pameran dari hasil suatu kejuaraan yang digelar dan dipamerkan di beberapa
galeri.
Pameran
keliling membantu memberi gambaran secara aktif kepada public tentang sebuah
perkembangan atau keenderungan yang terjadi pada suatu komunitas pada suatu
waktu. Berbeda denagn pameran temporer dan tetap yang diselenggarakan tidak
keliling, disana penonton yang jauh meras kesulitan mengaksesnya, pihak
penontonlah yang harus aktif dan datng ke daerah atau tempat yang dipakai untuk
pameran.
4. Pameran Berkala
Pameran
berkala (sejenis annual, biennial, triennial, festial, art event, proyek seni
berjangka) lebih mengarahkan perhatian pada public untuk selalu tahu dan
menunggu bahwa pameran yang dilangsungkan kini, akan dating lagi pada waktu
yang telah ditentukan, dan digelar secara regular tentu saja yang menjadi hal
utama dalam pembahasan di sini adalah penentuan soal waktu yang dipakai. Annual
biasya bersifat tahunan, biennial adalah peristiwa dua tahunan, dan triennial
berkaa tiga tahunan. Sedangkan festival, art event, art fair, art forum, atau
proyek seni berjangka adalah istilah-istilah yang lebih bebas untuk misalnya
enidari istilah benial atau triennial yang isa dilakukan. Hal yang lebih
penting dari itu adalah masyarakat harus tahu bahwa peristiwa ini akan digelar
kembali (tentu dengan tema, kurasi, paradigm atau kualitas yang berbeda dan
lebh bak) pada waktu mendatang.
Peristiwa
berkla ini juga memiliki kebabasan dalam mentukan materi karya, termasuk
menentukan level dan jangkauan skala: bisa local, regional, nasional maupun
internasional. Contoh seperti annual, biennial, triennial sering kali
diasumsikan dan digelar sebagai bagian dari perayaan, kenikmatan berbudaya,
atau dianggap sebagai etalase, window display-shoping, staging culture sebuah
kota atau Negara tingkat nasional. Karenanya sering diduga sebagai paket
cultural tourism atau juga sebagai city event, sebagai kekayaan local. Kalau
museum (atau dalam hal ini pameran tetap di museum yang menyajikan artiak atau
koleksi/karya lama) adalah pemikat masa lalu, maka peristiwa berkala semacam
ini adalah daya tari masa kini.
Asumsi
ini bisa saja dibedah kembai, dibongkar untuk melakukan gesekan-gesekan
paradigm mauun keinginan suatu masyarakat pada masa tertentu, dengan menyajikan
gejala yang terjadi kini. Pameran berkala seperti biennial, triennial, art
event tidak perlu sebagai contoh etalase seperti di atas semata, namun juga
sekaligus menjadi sebuah “berita” berkala yang memberi kesadaran-kesadaran
tingkat tertentu.
Beberapa
contoh pameran berkala yang sangat terkenal adalah Documenta di Jerman, Sao
Paolo Binnale di Brazil, Bienal de la Havana di Cuba, Venice Biennale di
Italia, Osaka Triennalle di Jepang, Asia Pacific Triennalle di Australia, atau
yang sifatnya khusus seperti International Biennale of Humour and Satire in the
Ats di Bulgaria, Brisbane Artist’s Books ad Multples Fair di Australia,
International Lesbian and Gay Film and Video Festival di San Diego Amerika,
Transmediale di Berlin yang mengusung karya new media art, ada pula Web
Biennale di Turki, dan beberapa kompetisi kartun di berbagai Negara seperti di
Belgia dan Truki yang diselenggarakan tahunan
Pengertian Ruang
Secara
umum ruang merupakan sebuah elemen yang
mengacu pada “jarak antara atau area”, sekitar, atas bawah, luar dalam, sebuah
realita. Hal ini dapat digambarkan sebagai realitas dua dimensi atau tiga
dimensi, poros yang datar atau acak, dangkal atau dalam, terbuka atau tertutup,
positif atau negative, baik yang bersifat actual, ambigu, atau ilusif.
Ruang
merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian
muncul istilah dwimatra (dua dimensionl) dan trimatra (tiga dimensional). Dalam
seni rupa orang sering mengaitkan ruang adalah bidang yang memiliki batas atau
limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah.
Ruag juga dapat diartikan secara fisik adalah rongga yang berbatas maupun yang
tidak berbatas. Sehingga pada suau waktu, dalam hal berkarya seni, ruang tidak
lagi dinggap memiliki batas secara fisik, lihat karya-karya seni lingkungan
(environmental art), happening art dan lain-lain.
Ruang
dapat pula dibagi menjadi dua yaitu :
1. Ruang fisik atau ruang nyata
atau actul space (yang sangat terlihat dalam seni patung atau seni tiga dimensi
lainnya);
2. Ruag ilusif atau illusory space
(seperti tercermi dalam seni lukis, terutama dalam lukisan pemandangan dan
pemakaian perspektif). Dalam seni lukis, ruag dalam perkembangannya terkait
dengan konsep, contohnya aman Renaissance dengan perspektif digunakan untuk
menghasilkan ilusi susunan kedalaman tertentu atau di Cina lebih menghargai
arti kekosongan sebagai ruang bermakna filosofis, dengan kekosongan jiwa dapat
diwujudkan kemungkinan-kemungkinan yang lain.
3. Dalam perspektif manajemen dan
tata kelola pameran, istilah “ruang” akhirnya diganti dengan “galeri” yang
digunakan untuk menghindari konotasi dari arti kelembagaan atau komersiall,
dimana secara hierarkis, pengaturan ormal mungkin menentukan erilaku enonton
dengan cara telah ditetapkan. Kata “ruang: menjadi netral saat ia belum
disajikan sebagai arena untuk penyajian karya seni maupun dijejai dengan
ide-ide curator. Ruang akhirnya berbahsecara menyeluruh ketika karya seni masuk
di dalamnya. Dari sinilah lahir institusi bernama “ruang”.
Berikut
beberapa hal yang terkait antara “Ruang” atau “Rumah” dan karya seni.
-
Sejarah
ruang pamer tidak terlepas dari sejarah kary seni itu sendiri.
-
Peruahan
secara intensif terjadi pada saat kerya seni menjadi benda koleksi. Ketika
karya seni diangkat menjadi enda koleksi dan terlepas dari ruang budaya inilah
terjadi perubahan signifikan mengenai ruang seni.
-
Awalnya
ruang pamer berada pada rumah-rumah orang kaya atau raja yang menjadi patron
seni, lalu beralih pada dimensi yang lebih luas yakni gereja dan ruang sekuler.
-
Ruang
sekuler menjadikan “rumah” bagi karya seni lebih variatif. Antara abad ke-16
hingga ke-19 mulai terbentuk paradigm mengenai “rumah” bagi karya seni,
peralihan dari domestic ke public.
-
Migrasi
karya memberi kesan pula terjadnya peralihan dari ruang yang “feminim” (kemayu,
domestic) kea rah yang “maskuling” (pbrikan, powerfull, public).
-
Peran
signifikan ruang juga menjadikan cara berpikir perupa menjadi berkembang:
sebagai artists an sich atau sebagai “homemaker” atau “home decorator” atau
diantaranya.
-
Pada
akhirnya “rumah seni” bagi para seniman avant-garde dan contemporary artists
mengalami pengertian ulang: meskipun dlam rumah privat, namunkonsepsinya adalah
ruang public, atau sebaliknya.
-
Para
seniman menciptakan ruang-ruang antara yang lain : studio as a gallery. Studio
(plus galeri, yang juga sebagai “pabrik/rumah produksi”) pada dmensi waktu
tertentu berubah menadi laboratorium sekaligus ruang pamer. Inilah yang memberi
warna bagi sejarah galeri saat ini. Art house, art room, art space, artist
running space, maupun runag yang sangat khusus yakni site specific
installation, adalah nama-nama yang turut mewrnai wacana galeri atua
“rumah”bagi karya seni.
KAJIAN TERHADAP TEMA
Tema : Metafora
DEFINISI
Pengertian
metafora secara umum :
Istilah
“metafora” berasal dari bahasa Yunani Metapherein (perancis metaphore, latin
metafora, inggir methaphor).”Meta”, dalam hal ini diartikan sebagai memindahkan
atau yang berhubungan dengan perubahan. Sedangkan ‘pherein” berarti mengandung
atau memuat. Sehingga dari etimologinya, metafora menunjukan pemindahan
(transfer) sesuatu yang dikandungnya (makna). Metafora adalah serangkaian
tuturan atau kalimat dimana satu istilah dipindahkan maknanya kepada objek atau
konsep lain yang ditunjukan melalui perbandingan tak langsung atau analogi.
Metafora disebut sebagai bahasa yang bersifat perlambang atau kiasan
(figurative language).
Pengertian
lain,
-
Suatu
bentuk penyampaian yang ditunjukan oleh suatu kata atau ungkapan yang biasanya
adalah suatu bentuk objek atau ide ke dalam bentuk lain untuk meunjukan
kemiripan
-
Suatu
bentuk penyampaian dimana suatu istilah dipindahkan dari suatu objek biasanya
ditunjuk ke suatu objek yang hanya mungkin ditunjuk dengan perbandingan
sepenuhnya atau analogi
-
Suatu
bentuk yang dihubungkan ke suatu nama atau benda yang dihubungkan ke sesuatu
yang tidak digunakan secara sebenarnya.
Pengertian
Metafora secara umum dapat disimpulkan :
Suatau
penyampaian dengan kata-kata atau ungkapan yang mempunyai arti atau tidak
diartikan secara sebenarnya untuk menunjukan pengidentifikasikan suatu benda
Pengertian
Metafora dalam arsitektur
-
Menurut
Anthony C Antoniades dalam Poetic of Architecture, “ Suatu cara memahami suatu
hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal sehingga dapat mempelajari pemahaman
yang lebih baik dari suatu topic dalam pembahasan”. Dengan kata lain
menerangkan suatu objek dengan objek lain, mencoba untuk melihat suatu objek
sebagai sesuatu yang lain.
-
Menurut
C Snyder dan Anthony J Catannese dalam introduction to Architecture mengatakan
Metafora mengidentifikasi pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan
parallel dengan melihat keabstrakannya”, berbeda dengan analogi yang melihat
secara literal.
-
Menurut
Geoffrey Boadbent dalam Design in Architecture, mengatakan “Transferring :
figure of speech in which a name or description term is transferred to some
object different from” dan juga menurutnya metafora pada arsitek adalah
merupakan salah satu metode kreativitas yang ada dalam design spectrum
perancang.
-
Menurut
Aristotle, cendekiawan Yunani, dalam buku De Poetica, membahas makna metafora.
Didalamnya Aristotle menyebutkan, “metafora adalah suatu pemindahan makna-makna
istilah yang literal, baik dari makan yang umum kepada makna yang spesies
(spesifik) atau dari spesifik ke umum atau dari spesifik ke spesifik atau
melalui analogi.
Berdasarkan
pengertian metafora menurut beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
metafora adalah ;
Mengidentifikasi
suatu bangunan arsitektural dengan pengadaian suatu yang abstrak sehingga
masing-masing pengamat akan mempunyai persepsi masing-masing yang timbul pada
saat pertama kali melihat bangunan tersebut.
Metafora
bukan sekedar bahasa semata, didalmnya terdapat unsur pemahaman yang
mempengaruhi pemikiran seseorang dalam mencerna suatu makna yang disampaikan.
George Lakoff dan Mark Johnson mengemukakan bahwa pemakaian bahasa seringkali
mencerminkan pengertian metaforik yang telah melekat dalam berbagai area
kehidupan, karenanya menuntut kemampuan pemahaman manusia termasuk didalamnya.
Dalam
Poetic of Architecture, Anthony C Antoniades mengatakan bahwa ada tiga kategori
dari metafora arsitektural, yaitu “intangible” (tidak nyata), “tangible”
(nyata) dan Combine.
1. Metafora abstrak (Intangible
Metaphors)
Dasar
metafora perancangan berasal dari suatu konsep, ide, kondisi manusia dan
kualitas tertentu (individualitas, kealamiahan, tradisi, komunitas, budaya).
Dimana ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah konsep yang abstrak.
2. Metafora konkrit (Tangible
Metaphors).
dasar
metafora timul alngsung dari beberapa karakter isual atau material (menara yang
speerti tongkat, rumah sebagai istana, atap sebuah kuil sebagai langit).
3. Metafora kombinasi (Combine
Metaphors)
Didalamnya
konseptual dan visual bertidih sebagai bahan inti dasarnya, dan visual sebaai
dalaih mendeteksi kebaikan, kualitas, dan fundamental dari wadah visual
tertentu (computer, sarang lebah, keduanya merupakan kotak dari proporsi
relevan, yang juga memiliki kualitas disiplin, organisasi, koperasi).
Jadi
kesimpulan metafora dalam arsitketur bahwa kenyataan metafora yang ada dalam
arsitektur, memiliki konsep aewal sebagai ide pemberangkatan metaforanya,
menimbulkan makna yang tidak literal dan emnyampaikan makna tersebut dari
arsitek pada pemakai bangunan sehingga bermakna konotatif di samping fungsinya.
Metafora
berkaitan dengan pemahaman manusia, dengan pengalaman yang melatar belakangi
pemikiran manusia. Melalui sifat, ciri-ciri atau karakteristik yang terdapat
dalam sebuah konsep, untuk kemudian dijadikan bentuk ruang tiga dimensi,
karakteristik ruang, kode visual maupu ekspresi tarikan garis adalah upaya
untuk merangsang pemahaman manusia kepada konsep yang ingin ditampilkan sebagai
ide awal pemberangkatan metafora.
Pemilihan Pendekatan Metafora
Sebagai Tema
Sesuai
dengan teori dasar metafora dalam Anthony C Antoniades, dasar metafora yang
digunakan adalah metafora kombinasi (Combine Metaphors). Dasar metafora perancangan
berasal dari suatu konsep, ide, kondisi manusia dan kualitas tertentu
(individualitas, kealamiahan, tradisi, komunitas, budaya) di gabungkan dengan
(bentuk, karakter visual/material dan diungkapkan secara lugu dan langsung),
dimana ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah konsep penggabungan
abstrak dan konkrit.
Arsitektur berdasarkan
prinsip-prinsip Metafora
Arsitektur
yang berdasarkan prinsip-prinsip Metafora, pada umumnya dipakai jika :
-
Mencoba
atau berusaha memindahkan keterangna dari suatu subjek ke subjek lain
-
Mencoba
atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.
-
Mengganti
focus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya
(dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat
menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
Kegunaan Penerapan Metafora
dalam Arsitektur
Kegunaan
penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai
perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut :
-
Memungkinkan
untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain
-
Mmepengaruhi
untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat
-
Mempengaruhi
pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak
dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
- Dapat menghasilkan Arsitektur
yang lebih ekspresif.
Dalam
merancang dengan menggunakan tema analogi dan metafora, seorag arsitek akan
mempunyai imajinasi yang tinggi karena tidak mudah emmbaangkan suatu hal
sebagai sesuatu yang lain yang jauh berbeda. Begitulah analogi dan metafora
dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebauh bahasa yang dapat
mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan imaji tidak mampu lagi
menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa, analogi dan metafora menjawabnya
dengan bentuk, ruang dan fungsi.
Kaitan Tema Dengan Judul
Jadi
Arsitektur Metafora diplih sebagai pendekatan dari suatu perwujudan karakter
menjadi sebuah bentuk arsitektural yag dapat mempresentasikan makna / tema.
Penerapannya
terhadap bangunan ini beranalogi terhadap potensi daerah setempat yaitu topeng
khas daerah malang dan dimetaforakan dengan metafora combine ke dalam bentuk
bangunan. Penerapan metafora ini sangat ditekankan kepada suatu pembentukan
identitas, agar nantinya bangunan tersebut memiliki makna berupa tanda yang
dapat dipahami masyarakat pengunjung tanpa menghilangkan potensi daerah
setempat, diantaranya :
-
Kejadian - Budaya
- Sejarah - Potensi (sebagai budaya local
daerah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar