Kamis, 02 Mei 2019


KAJIAN JUDUL DAN TEMA SKRIPSI

JUDUL
GALERI SENI TOPENG TRADISIONAL DIKOTA MALANG
TEMA
ARSITEKTUR METAFORA



Definisi Judul
            Judul yang menjadi Usulan Konsep Skripsi adalah Galeri Seni Topeng Tradisional di Kota Malang, Yang memiliki pengertian sebagai berikut :
-          Galeri adalah ruangan atau gedung untuk memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya
-          Seni adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa
-          Topeng adalah hasil pahatan yang menyerupai wajah, bahkan profil yag diukirkan adalah mempresentasikan keseluruhan pribadi (profil muka), maka “topeng” dapat  dikenali sebagai keseluruhan pribadi seseorang, artinya topeng adalah menggambarkan karakteristiik atau kepribadian seseorang (hidayat, 2008 : 2)
-          Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.
-          Di adalah kata depan untuk menandai tempat atau waktu
-          Kota Malang yang dimaksud adalah kota malang sebagai pusat aktifitas dan kehidupan di Jawa Timur.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Galeri Seni Topeng Tradisional di Kota Malang adalah tempat atau wdah yang dapat menampung dan memfasilitasi segala kegiatan seni topeng tradisional di malang. Mulai dari kegiatan pameran, diskusi para seniman, pelatihan seni topeng kepada masyarakat, serta pembuatan karya seni topeng itu sendiri.
Galeri merupakan suatu fasilitas yang berisi ruang pamer yang mengkomunikasikan karya-karya visual art atau seni isual.adapun factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mengkomunikasikan karya-karya seni secara visual yaitu sebagai berikut :
-          Standar rata-rata manusia Indonesia sehingga pandangan mata dapat mencakup obyek yang dilihat dalam posisi nyaman






Secara umum galeri adalah tempat memajangkan atau memamerkan suatu karya seni agar para kolektor-kolektor seni maupun masyarakat wam dapat menikmati karya seni.
Menurut ektimologinya akta gallery atau galeri, berasal dari bahasa latin : Galleria dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni.

Galeri merupakan ruang paling utama karena berfungsi mewadahi karya-karya seni yang dipamerkan. Pada perkembangan selanjutnya galeri berdiri sendiri terlepas dari museum, fungsi galeri juga berkembang bukan hanya sebagai ruang untuk menjual karya seni atau proses transaksi barang seni. Senada yang digambarkan dengan darmawan T (1994) bahwa galeri lebih merupakan bagian dari pertumbuhan ekonomi dari pada perkembangan seni. Pertumbuhan galeri prinsip pada memutar seni dengan uang dan menggerakan uang dengan seni. Saat ini galeri mengalami perubahan dalam penyusunan ruang, ruangnya maupun pengaturan objek dan dipergunakan untuk kepentingan public dari segi fungsi galeri juga mengalami perkembangan.
Fungsi awal galeri sebagai tempat memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat luas, yaitu sebagai tempat :
-         Mengumpulkan hasil-hasil karya seni
-         Memamerkan hasil karya seni
-         Memelihara karya seni

            Seni adalah bentuk ekspresi yang dicurahkan dari dalam jiwa manusia, disampaikan dalam berbagai bentuk dan diterima oleh indra. Contohnya seni suara untuk indra pendengar, seni lukis untuk indra penglihat, dsb. Jadi di dalam setiap manusia memiliki jiwa seni dan berda-beda karena setiap orang diciptakan tidak ada yag sama. Bentuk seni dapat beraneka ragam dan dapat ditemui dimana saja .
Menurut Robbi Hidajat Staf Pengajar Jurusan Seni dan Desain, Program studi Pendidikan Seni Tari dan Musik Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Indonesia.
Topeng malang adalah suatu jenis topeng jawa yang berkembang di Malang Jawa memperhatian bentuk raut topeng yang digamarkan tergolong dalam genre tokoh-tokoh lakon panji. Topeng berfungsi sebagai property seni pertunukan wayang topeng.

Galeri adalah ruangan atau gedung tempat memerkan benda atau karya seni. Kata seni merupakan kata umum yan tidak asing lagi bagi kehidupan manusia, dalam terjemahan bahasa inggris menjadi kata fine arts atau art. Sedangkan kata art sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti skill yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti kemampuan atau kecakapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, seni memiliki pengertian :
1.       Kecakapan membuat atau menciptakan Sesutu yang elok-elok atau indah
2.       Sesuatu karya yang biasa dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa seperti sajak, lukisan, ukir-ukiran dan sebagainya.
3.       Kecakapan batin (akal), untuk dapat mengadakan sesuatu yang luar biasa

Macam-macam galeri seni
Galeri seni dapat dibedakan berdasarkan :
1.       Tempat penyelenggaraan, dibedakan menjadi:
-       Traditional art gallery, galeri yang aktiitasnya diselenggarakan di selasar atau lorong panjang
-       Modern art gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara modern
2.       Sifat kepemilikan, dibedakan menjadi :
-       Priate art gallery, galeri yang dimiliki oeh perseorangan/pribadi atau kelompok
-       Public art gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum
-       Kombinasi dari kedua galeri diatas
3.       Isi galeri,dibedakan menjadi :
-       Art gallery of primitive art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas dibidang seni primitive
-       Art gallery of classical art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni klasik
-       Art galleri of modern art, galeri yag menyelenggarakan aktivitas di bidang eni modern
4.       Jenis pameran yang diadakan
-       Pameran tetap, ameran yang diadakan terus-menerus tanpa ada batasan waktu, hasil karya seni yang dipamerkan dapat tetap maupun bertambah jumlahnya.
-       Pameran temporer, pameran yang diadakan dengan batas waktu tertentu
-       Pameran keliling, pameran yang berpindah-pindah adri satu tempat ke tempat yang lain.

5.       Macam koleksi, dibedakan menjadi :
-       Galeri pribadi, tempat untuk memamerkan hasil karya pribadi seniman itu sendiri tanpa memerkan hasil karya seni orang lain dan hasil karya seniman itu tidak diperjualbelikan untuk umum.
-       Galeri umum, galeri yang memarkan hasil karya dari berbagai seniman, hasil karya para seniman itu diperjualbelikan untuk umum
-       Galeri kombinasi, merupaka kombinasi dari galeri pribadi dan galeri umum, karya seni yang dipamerkan dalam galeri ini ada yang diperjualbelikan untuk umum, ada pula yang merupakan koleksi pribadi seniman yang tidak diperjualbelikan. Hasil karya seni yang dipamerkan merupakan hasil karya seni dari beberapa seniman

Pegguna galeri seni
-       Seniman, bertugas memberikan pengarahan, penjelasan, dan mempraktekan langsung kegiatan membuat karya seni didalam workshop
-       Pegunjung, atau penikmat karya seni, dapat berasal dari berbagai kalangan dan Negara (wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara), galeri seni tidak membatasi pengunjung, galeri seni adalah milik semua orang.
-       Pengelola adalah sekelompok orang yang bertugas mengelola kegiatan yang berlangsung dan akan berlangsug dalam galeri seni.

Deskripsi Kegiatan
Deskripsi kegiatan yang disediakan pada Galeri Seni Topeng Tradisional di Kota Malang adalah sebagai berikut :
-       Kegiatan pameran : mengadakan pameran seni rupa hasil karya seniman local
-       Kegiatan penjualan : menjual hasil karya seni yang dipamerkan atau souvernir berbagai alat dan bahan untuk keperluan seni
-       Kegiatan ilmiah : mengadakan seminar, diskusi, pertemuan, penelitian, dan sebagainya untuk membahas berbagai hal yang berhubungan dengan seni rupa dan sekligus menambah wawasan mengenai seni rupa itu sendiri
-       Kegiatan perawatan dan perbaikan : merawt karya seni rupa yang dipamerkan untuk menghindari kerusakan
-       Kegiatan pendidikan : mengadakan pelatihan berupa kursus-kursus mengeni seni rupa kepada masyarakat dan pelajar untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni rupa.
-       Kegiatan khusus : mengadakan perlombaan kegiatan seni rupa dan melelang karya seni rupa dari hasil para seniman,
-       Kegiatan pengelolaan : mengelola berbagai macam bentuk kegiatan pada Galeri Seni Topeng Tradisional di Kota Malang
Fasilitas Galeri
Sebuah galeri harus memiliki fasilitas-fasilitas baik utama maupun penunjang.
Fasilitas utama yang terdapat dalam sebuah gallery :
-       An Introductory space, sebagai ruang untuk memperkenalkan tujuan galeri dan fasilitas apa saja yang terdapat di dalamnya.
-       Main gallery display, merupakan tempat pameran utama
Ruang-ruang pameran haruslah :
-       Terlindungi dari gangguan, pencurian, kelembapan, kering dan debu
-       Mendapat cahaya dan penerangan yang baik
-       Dapat dilihat public tanpa menimbulkan rasa lelah
Fasilitas penunjang yang terdapat dalam sebuah galei yaitu
-       Library
Berisi buku-buku maupu iformasi yang berkaitan denga barang-barang yang dipamerkan di sebuah galeri
-       Workshop
Tempat pembuaan maupun penyimpanan karya seni

1.       DEFINISI TOPENG MALANGAN
Topeng dipahami sebagai hasil pahatan yang menyerupai wajah, bahkan profil yag diukirkan adalah mempresentasikan keseluruhan pribadi (profil muka), maka “topeng” dapat  dikenali sebagai keseluruhan pribadi seseorang, artinya topeng adalah menggambarkan karakteristiik atau kepribadian seseorang (hidayat, 2008 : 2)
            Topeng dapat dipahami dalam beberapa istilah, menurut pengertian dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah tapel, aitu diartikan sebagai popok (menempel atau menutupi anggota badan dengan sesuatu). Popok memang tidak memiliki hubunan langsung dengan topeng, tetapi popok itu diartikan sebgai sesuatu barang yang ditempelekan (hidayat, 2008 : 8).

Fungsi Galeri Seni Topeng Tradisional di Malang
Fungsi perancangan Galeri seni topeng dimalang yaitu sebagai wadah kreatifitas  kota malang dan kabupaten malang. Melihat realita sekarang ini, malang nyaris kehilangan identitas, karena banyaknya budaya dari luar yang masuk dimalang raya. Fungsi perancangan galeri seni topeng tradisional dimalang, antara lain :
-       Fungsi utama perancangan galeri seni topeng malangan sebagai wadah untuk menjaga dan melestarikan seni topeng tradisional malangan serta menjadi icon kota malang yang mencakup pameran dan pertunjukan seni dan budaya malang
-       Fungsi penunjang Perancangan galeri seni topeng tradisional di malang sebagai sarana pembelajaran (education) dan wisata budaya.
-       Sebagai tempat mengumpulkan, memamerkan, dan memelihara karya seni
-       Wadah untuk menorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni
-       Tempat untuk jual beli karya seni, untuk menunjang kelangsungan hidup seni dan geleri
-       Sebagai tempat rekreasi budaya

2.       PENGERTIAN PAMERAN
DALAM BUKUNYA “MENIMBANG RUANG MENATA RUPA, MIKE SUSANTO 2004 
The exhibition is a tool of a thousand-and-one purposes, an half of them ot yet been discovered.
“Exhibition” sepadan dengan beberapa kata ini : konvensi, eksposisi, forum, pameran, display, atau pertemuan, dan sebagainya. Istilah “ekshibisi” dan “display” misalnya, digunakan erganti-ganti oleh siapa saja yang berkepentingan, terutama pada dunia promosi-ekonomi. Peredaan tradisional antara “display” sebagai suatu kata kerja dengan “ekshibisi” sebagai suatu kata benda (misalnya, mengdisplay di suatu ekshibisi) masih ditemukan dalam banyak kamus, tetapi diabaikan dalam dunia praktik. Dalam jargon seni rupa, semua disebut “pameran”, sekalipun pada hal-hal tertentu memiliki perbedaan yang khas.

Tipe Pameran
Terdapat dua tipe atau gaya pendekatan utama berdasarkan karya dari suatu pameran, yaitu :
-       Tipe gaya dengan pendekatan estetik (sebut saja tipe estetik), merupakan pameran yang berkonsentrasi pada pandangan bahwa obek memiliki nilai intrinsic yang dengan sendirinya berbicara untuk dirinya sendiri. Penekanan diberikan kepada hak dari objek untuk berdiri sendiri. Menurut Hans Jorg Furst dalam suatu esainya, art exhibition do not  intend to provide information on the aesthetic qualities (pameran seni tidak ermaksud untuk menyediakan informasi tentang latar belakang budaya objek, tetapi merepresentasikan kualitas estetik dari ojek itu sendiri).
-       Tipe / gaya dengan pendekatan rekonstruktif (sebut saja tipe rekonstruktif), adalah suatu pendekatan yang menghadirkan objek sebagai suatu yang memiliki arti secara etnografi dan bberusaha untuk menginformasikan budaya latarnya.
Adapun beberapa tipe perhelatan/pameran berdasarkan tujuannya, yaitu sebagai berikut :
-       Fundraising, berarti pameran yang bertuuan utama penggalangan dana, baik ang bersifat untuk mencari laba secara pribadi maupun amal yang disumbangkan untuk sebuah lembaga atau kepentingan masyarakat.
-       Apresiasi, berarti bertujuan lebih pada persoalan dan kepentingan edukasi public terhadap apa yang terjadi pada seni rupa. Pameran ini cenderung memiliki tujuan untuk mengeksplorasi berbagai kecenderungan yang terjadi pada seni rupa, baik kuratorial, tema, teknik, bahan, dan sebagainya. Keuntungan capital atau terjadinya transaksi dianggap sebagai akibat (efek), bukan tujuan utama. Berbagai lembaga swadaya, pemerintah, lembaga pendidikan, atau kelompok-kelompok kesenian tertentu banyak melakukan pameran yang bertujuan semacam ini. Pemberlakuan system kurasi dan penyeleksian cenderung ketat karena disesuaikan dengan public yang ada dan situasi yang muncul.
-       Festival/Pesta, berarti pameran yang bertujuan untuk menggalang kebersamaan. Bertujuan seperti halnya sebuah pesta yang biasanya tanpa kuratorial dan seleksi yang ketat, tema cenderung general dan dapat bertuuan antara kedua tipe yang telah disebut di atas. Beberapa contoh pameran ini adalah FKY (Festival Kesenian Yogyakarta), FKI (Festival Kesennian Indonesia), Jak-Art (Jakarta Art Festival), BAE (Bandung Art Event), Makassar Art  Foum, Pekan Mahasiswa Seni Nasional, dan sebagainya.

Karakter Pameran
Dibawah ini merupakan karakter (sifat-sifat) pameran yang disebabkan oleh beberapa alasan yakni sebagai berikut .
-       Menurut Jumlah Peserta (Tunggal & Bersama)
Pameran tunggal adalah mengetengahkan karya seorang perupa yang biasanya diambil dengan sudut pandang tetentu misalnya proses kreatif (seperti karya-karya terbaruya), respon atas kejadian yang menimpa perupa (kepindahan dari tempat yang lain, atau dokumentasi kejadian), atau alasan lainnya. Perupa dengan bebas menentukan tema pamerannya sendiri atau meminta bantuan orang lain (seperti curator) untuk melihat kemampuan yang dimilikinya. Tentu saja perupa tidak akan hanya sekali pameran tunggal, namun ia akan berupaya sesering mungkin berpameran  tunggal, sehingga dalam hal ini perupa harus banyak berduskusi dengan berbagai jenis profesi (manajer, curator, pemilik galeri/ museum, peneliti) dalam menentukan tema atau karya yang kan disajikan daam setiap pameran tunggalnya, bisa lewat wacana (tema) atau teknik (artistic)-nya. Sangat memungkinkan pula bahwa pameran tunggal diadakan bukan oleh perupanya sendiri, namun inisiatifnya dimulai dari dan oleh lembaga tertentu, mugkin karena alasan perupanya telah almarhum atau karena alasan tertentu lainnya.
Adapu pameran bersama lebih mengetengahkan kebersamaan dari dalam berpameran atau setidaknya pameran dengan peserta lebih dari satu orang. Pameran ini bisa digagas oleh kelompok perupa atau bukan perupa bersama terjadi karena diundang oleh penyelenggara pameran, tanpa memandang unsur-unsur gaya atau identitas perupa. Pameran semacam ini karakter dan sifatnya sangat longgar serta memiliki khasanah yang sangat beragam.
-       Menurut jenis kelompok
Biasanya disebut pula dengan pameran grup (kasus ini merupakan bahasan lebih lanjut dari pameran bersama, seperti poin diatas), namun lebih mengetengahkan suatu kelompok seniman atau perupa yang tergabung karena alasan-alasan tertentu, seperti karena alasan gender, agama, suku, usia, sanggar,institusi, angkatan, dan lain-lai. Alasan-alasan tersebut dapat saja dipakai sebagai tema/kurasi pameran atau hanya sebagai alasan berkumpul, tetapi tidak sebagai isu yang diangkat. Semua bergantung pada tujuan yang ingin dicapai bersama.
-       Menurut waktu/berkala (annual, biennial, trienal).
Pameran yang mencoba menadikanwaktu sebagai penanda dan bagian dari pijakan pelaksanaannya. Lihat lebih jelas ada sub-sub berikutnya, pameran berdasar “Tempo Pameran”.
-       Menurut Jenis Karya (Bahan, Alat, Teknik, Gaya, Konsep, Aliran, Media).
Pameran disini lebih mengetengahkan unsur-unsur yang ada pada karya seni rupa itu sendiri. Baik tema maupun kebijaksanaan pameran diambil setelah mencermati karya seni rupa yang dipamerkan, misalnya pameran komik, sketsa, pameran cat air, pameran patung. Pameran lukisan Realisme,  proyek seni konseptual, pameran digital art, dan lain-lain. Pelaksanaannya bisa tunggal ataupun kelompok/ bersama-sama.
-       Menurut Ruang (Formal-Nonformal, Nyata-Ilusif)
Ruang formal berarti tempat dimana tempat tersebut memang dikhususkan untuk menggelar pameran seni rupa, misalnya museum, galeri, art shop, rumah seni, balai lelang, dan sejenisnya baik yang berada didalam maupun di luar ruang nyata. Sedangkan ruang non-formal berarti tempat yang dirasa lebih bebas dan tanpa ikatan dan batasan formal, seperti mal, gedung bioskop, stasiun, lapangan, gunung, sawah, warung makan, dan sebagainya.
Persoalan ruang dalam hal ini berlanjut pula pada ruang nyata atau actual space (yang sangat terlihat dalam seni patung atau seni tiga dimensi lainnya yang bersifat fisikal)dan ruang ilusif atau illusory space sebagai ruang yang berfungsi untuk memamerkan seni-seni konsep atau virtual/maya seperti pada  internet dan sebuah ruang iklan di media massa (Koran dan majalah). Jelasnya jenis pameran dengan menggunakan ruang ilusi ini semakin lama akan semakin berkembang.contohnya pameran lukisan pada website, atau pameran desain web itu sendiri.
-       Menurut Tempat (Indoor & Outdoor)
Indoor berupa pameran yang digagas dalam suasana dan ruang di dalam gedung/bangunan, baik itu digaleri, museum, mal, rumah tinggal, rumah sakit, htel, restoran, dan lain-lain. Karakter semacam ini merupakan pembelahan dari penggolongan menurut ruang formal dan nyata pada kasus poin 5.
Outdoor berupa pameran yang dilaksanakan di lar ruangan. Misalnya menetap dan berada di taman kota, jalan raya, lapangan, halaman parker, danau, laut, ataupun pameran yang dilaksanakan dengan cara menggelarkan karya dengan cara tidak menetap atau berjalan kaki atau menggunakan bantuan alat/kendaraan dari satu tempat ke tempat lain dimana kebanyakan berada di luar ruang pameran.
-       Menurut pelaku (Perupa & Non perupa)
Pameran yang digagas perupa memang sudah sangat biasa, karena aktiitas pameran telah menjadi proses hidup yang harus dilalui oleh perupa. Adaun pameran yang dilakukan non-perupa memiliki kecenderungan lebih khusus. Dimana pameran ini dilakukan oleh orang yang bukan penggiat seni rupa secara langsung, tetapi memiliki kualitas dan kepercayaan diri untuk berani melakukan pameran seni rupa. Contohnya adalah pameran “Lukisan Bukan Pelukis”, pameran seni rupa oleh wartawan, dosen non-seni, pengusaha, arsitek, desainer, pejabat dan sebagainya, termasuk pameran yang dilakukan oleh curator itu sendiri.

Tempo Pameran
Pameran pameran dibawah ini dikategorikan berdasar dari waktu yang dipakai. Kategori waktu tidak dibatasi dengan pengertian jam, hari atau kala yang terbatas secara jelas, namu lebih berdasar pada seberapa lama pengunaan waktunya. Berikut kategori tersebut :
1.       Pameran Tetap / Permanen
Merupakan pameran yang memiliki tempo tidak terbatas, artinya pameran atau karya tersebut digelar secara terus-menerus. Biasanya diadakan oleh museum/galeri/lembaga non-seni rupa (biasanya pula kolektor) yang selalu memajang karya-karya koleksinya, baik yang berkualitas maupun tidak. Pameran ini sebenarnya tidak terlalu menyita perhatian lembaga untuk melakukan sejenis promosi/ kerja manajemen besar-besaran secara khusus, namun lebih digerakkan bersama dengan promosi biasa (promosi organisasi/lembaga). Karena pameran ini tidak digagas lebih spesifik, maka yang terlihat dalam program semacam ini hanyalah menyajikan koleksi untuk lembaga itu sendiri, lebih mengarah pada kepentingan bukan pada karya itu sendiri, sekalipun nilai-nilai terhadap hal itu juga kadang-kadang ada.
Dalam skala yang lebih besar, peletakan karya-karya untuk kepentingan dan ruang public juga termasuk dalam pameran semacam ini, Seni Rupa Publik seperti patung, mural, bangunan arsitektural, atau seni public lainnya yang ditempatkan di ruang public nyata – maupun misalnya karya dua dimensi yang sengaja diletakkan pada Koran atau majalah adalah sebentuk karya yang dipamerkan untuk emnunjukan kesungguhan dan kepedulian pemerintah atau masyarakatnya terhadap seni rupa, atau untuk emnunjukkan nilai-nilainya menjadi manusia yang tahu dan berperasaan seni adalah salah satu contoh didalamnya.
2.       Pameran Temporer/Insidental
Pameran temporer/incidental adalah kebalikan dari pameran diatas, merupakan pameran yang memiliki batas waktu tertentu, dimanapun pameran ini digelar. Pameran ini adalah pameran yang paling umum diselenggarakan, dengan memakai berbagai alasan dan keinginan. Batas waktu yang diberlakukan biasanya tergantung pada alasan yang bersifat personal maupun kebiasaan umum, bisa dalam hitungan hari, minggu atau bulan.
Pameran temporal/incidental semacam ini bisa saja diselenggarakn oleh pribadi (tunggal), kelompok atau merupakan hasil penggalangan antar-individu (festival, kejuaraan, berkala), baik pada ruang/tempat yang resmi maupun tidak, atau pada ruag nyata maupun maya (digital, virtual). Karena pameran yang diselenggarakan ini memiliki batas waktu yang ditentukan maka pengelola/panitia harus melakuka langkah-langkah untuk manajemen waktu, karya, dan dana yang dimiliki.
Manajemen pameran semacam ini terasa lebih rumit dibandingkan pameran tetap. Oleh karena itu pihak penyelenggara (atau perupa) harus menyiapkan berbagai perangkat didalamnya, seperti persiapan tema atau kurasi, penyediaan tempat/ruang, alat yang pas, karya yang sesuai dan berkualitas, penggalangan dana, karya atau seniman yang ikut, dan lain sebagainya.
3.       Pameran Keliling
Pameran keliling diklasifikasikan sebagai pameran temporer/nsidental namun dilangsungkan beberapa kali secara bergilir dari satu tempat ke tempat lain (travelling exhibition), baik yang diselenggarakan oleh museum, galeri, atau organisasi lain dan individu. Tentunya dalam hal ini terdapat keunikan-keunikan masalah dalam memanajemen waktu maupun tempat, uga memakan energy yang lebih dari sekadar pameran tetap dan temporer seperti diatas. Soal materi karya tentu juga bebas, bisa koleksi yang biasanya dipamerkan secara tetap, maupun karya yang dikumpulkan secara khusus.
Pameran keliling biasanya diselenggarakan oleh pihak-pihak yang berniat memamerkan karyanya untuk tujuan menjaring penonton yang lebih luas.disana tidak berpretensi hanya untuk satu kota/ daerah/ Negara saja, tetapi digelar dibanyak kota/daerah/Negara. Misalkan saja pameran seni rupa Indonesia yang digelar di beberapa Negara di Asia, Eropa, Maupun di Astralia, atau sebaliknya. Bisa pula pameran dari hasil suatu kejuaraan yang digelar dan dipamerkan di beberapa galeri.
Pameran keliling membantu memberi gambaran secara aktif kepada public tentang sebuah perkembangan atau keenderungan yang terjadi pada suatu komunitas pada suatu waktu. Berbeda denagn pameran temporer dan tetap yang diselenggarakan tidak keliling, disana penonton yang jauh meras kesulitan mengaksesnya, pihak penontonlah yang harus aktif dan datng ke daerah atau tempat yang dipakai untuk pameran.
4.       Pameran Berkala
Pameran berkala (sejenis annual, biennial, triennial, festial, art event, proyek seni berjangka) lebih mengarahkan perhatian pada public untuk selalu tahu dan menunggu bahwa pameran yang dilangsungkan kini, akan dating lagi pada waktu yang telah ditentukan, dan digelar secara regular tentu saja yang menjadi hal utama dalam pembahasan di sini adalah penentuan soal waktu yang dipakai. Annual biasya bersifat tahunan, biennial adalah peristiwa dua tahunan, dan triennial berkaa tiga tahunan. Sedangkan festival, art event, art fair, art forum, atau proyek seni berjangka adalah istilah-istilah yang lebih bebas untuk misalnya enidari istilah benial atau triennial yang isa dilakukan. Hal yang lebih penting dari itu adalah masyarakat harus tahu bahwa peristiwa ini akan digelar kembali (tentu dengan tema, kurasi, paradigm atau kualitas yang berbeda dan lebh bak) pada waktu mendatang.
Peristiwa berkla ini juga memiliki kebabasan dalam mentukan materi karya, termasuk menentukan level dan jangkauan skala: bisa local, regional, nasional maupun internasional. Contoh seperti annual, biennial, triennial sering kali diasumsikan dan digelar sebagai bagian dari perayaan, kenikmatan berbudaya, atau dianggap sebagai etalase, window display-shoping, staging culture sebuah kota atau Negara tingkat nasional. Karenanya sering diduga sebagai paket cultural tourism atau juga sebagai city event, sebagai kekayaan local. Kalau museum (atau dalam hal ini pameran tetap di museum yang menyajikan artiak atau koleksi/karya lama) adalah pemikat masa lalu, maka peristiwa berkala semacam ini adalah daya tari masa kini.
Asumsi ini bisa saja dibedah kembai, dibongkar untuk melakukan gesekan-gesekan paradigm mauun keinginan suatu masyarakat pada masa tertentu, dengan menyajikan gejala yang terjadi kini. Pameran berkala seperti biennial, triennial, art event tidak perlu sebagai contoh etalase seperti di atas semata, namun juga sekaligus menjadi sebuah “berita” berkala yang memberi kesadaran-kesadaran tingkat tertentu.
Beberapa contoh pameran berkala yang sangat terkenal adalah Documenta di Jerman, Sao Paolo Binnale di Brazil, Bienal de la Havana di Cuba, Venice Biennale di Italia, Osaka Triennalle di Jepang, Asia Pacific Triennalle di Australia, atau yang sifatnya khusus seperti International Biennale of Humour and Satire in the Ats di Bulgaria, Brisbane Artist’s Books ad Multples Fair di Australia, International Lesbian and Gay Film and Video Festival di San Diego Amerika, Transmediale di Berlin yang mengusung karya new media art, ada pula Web Biennale di Turki, dan beberapa kompetisi kartun di berbagai Negara seperti di Belgia dan Truki yang diselenggarakan tahunan

Pengertian Ruang
Secara umum ruang  merupakan sebuah elemen yang mengacu pada “jarak antara atau area”, sekitar, atas bawah, luar dalam, sebuah realita. Hal ini dapat digambarkan sebagai realitas dua dimensi atau tiga dimensi, poros yang datar atau acak, dangkal atau dalam, terbuka atau tertutup, positif atau negative, baik yang bersifat actual, ambigu, atau ilusif.
Ruang merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra (dua dimensionl) dan trimatra (tiga dimensional). Dalam seni rupa orang sering mengaitkan ruang adalah bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruag juga dapat diartikan secara fisik adalah rongga yang berbatas maupun yang tidak berbatas. Sehingga pada suau waktu, dalam hal berkarya seni, ruang tidak lagi dinggap memiliki batas secara fisik, lihat karya-karya seni lingkungan (environmental art), happening art dan lain-lain.
Ruang dapat pula dibagi menjadi dua yaitu :
1.       Ruang fisik atau ruang nyata atau actul space (yang sangat terlihat dalam seni patung atau seni tiga dimensi lainnya);
2.       Ruag ilusif atau illusory space (seperti tercermi dalam seni lukis, terutama dalam lukisan pemandangan dan pemakaian perspektif). Dalam seni lukis, ruag dalam perkembangannya terkait dengan konsep, contohnya aman Renaissance dengan perspektif digunakan untuk menghasilkan ilusi susunan kedalaman tertentu atau di Cina lebih menghargai arti kekosongan sebagai ruang bermakna filosofis, dengan kekosongan jiwa dapat diwujudkan kemungkinan-kemungkinan yang lain.
3.       Dalam perspektif manajemen dan tata kelola pameran, istilah “ruang” akhirnya diganti dengan “galeri” yang digunakan untuk menghindari konotasi dari arti kelembagaan atau komersiall, dimana secara hierarkis, pengaturan ormal mungkin menentukan erilaku enonton dengan cara telah ditetapkan. Kata “ruang: menjadi netral saat ia belum disajikan sebagai arena untuk penyajian karya seni maupun dijejai dengan ide-ide curator. Ruang akhirnya berbahsecara menyeluruh ketika karya seni masuk di dalamnya. Dari sinilah lahir institusi bernama “ruang”.
Berikut beberapa hal yang terkait antara “Ruang” atau “Rumah” dan karya seni.
-       Sejarah ruang pamer tidak terlepas dari sejarah kary seni itu sendiri.
-       Peruahan secara intensif terjadi pada saat kerya seni menjadi benda koleksi. Ketika karya seni diangkat menjadi enda koleksi dan terlepas dari ruang budaya inilah terjadi perubahan signifikan mengenai ruang seni.
-       Awalnya ruang pamer berada pada rumah-rumah orang kaya atau raja yang menjadi patron seni, lalu beralih pada dimensi yang lebih luas yakni gereja dan ruang sekuler.
-       Ruang sekuler menjadikan “rumah” bagi karya seni lebih variatif. Antara abad ke-16 hingga ke-19 mulai terbentuk paradigm mengenai “rumah” bagi karya seni, peralihan dari domestic ke public.
-       Migrasi karya memberi kesan pula terjadnya peralihan dari ruang yang “feminim” (kemayu, domestic) kea rah yang “maskuling” (pbrikan, powerfull, public).
-       Peran signifikan ruang juga menjadikan cara berpikir perupa menjadi berkembang: sebagai artists an sich atau sebagai “homemaker” atau “home decorator” atau diantaranya.
-       Pada akhirnya “rumah seni” bagi para seniman avant-garde dan contemporary artists mengalami pengertian ulang: meskipun dlam rumah privat, namunkonsepsinya adalah ruang public, atau sebaliknya.
-       Para seniman menciptakan ruang-ruang antara yang lain : studio as a gallery. Studio (plus galeri, yang juga sebagai “pabrik/rumah produksi”) pada dmensi waktu tertentu berubah menadi laboratorium sekaligus ruang pamer. Inilah yang memberi warna bagi sejarah galeri saat ini. Art house, art room, art space, artist running space, maupun runag yang sangat khusus yakni site specific installation, adalah nama-nama yang turut mewrnai wacana galeri atua “rumah”bagi karya seni.

KAJIAN TERHADAP TEMA
Tema : Metafora

DEFINISI
Pengertian metafora secara umum :
Istilah “metafora” berasal dari bahasa Yunani Metapherein (perancis metaphore, latin metafora, inggir methaphor).”Meta”, dalam hal ini diartikan sebagai memindahkan atau yang berhubungan dengan perubahan. Sedangkan ‘pherein” berarti mengandung atau memuat. Sehingga dari etimologinya, metafora menunjukan pemindahan (transfer) sesuatu yang dikandungnya (makna). Metafora adalah serangkaian tuturan atau kalimat dimana satu istilah dipindahkan maknanya kepada objek atau konsep lain yang ditunjukan melalui perbandingan tak langsung atau analogi. Metafora disebut sebagai bahasa yang bersifat perlambang atau kiasan (figurative language).

Pengertian lain,
-       Suatu bentuk penyampaian yang ditunjukan oleh suatu kata atau ungkapan yang biasanya adalah suatu bentuk objek atau ide ke dalam bentuk lain untuk meunjukan kemiripan
-       Suatu bentuk penyampaian dimana suatu istilah dipindahkan dari suatu objek biasanya ditunjuk ke suatu objek yang hanya mungkin ditunjuk dengan perbandingan sepenuhnya atau analogi
-       Suatu bentuk yang dihubungkan ke suatu nama atau benda yang dihubungkan ke sesuatu yang tidak digunakan secara sebenarnya.
Pengertian Metafora secara umum dapat disimpulkan :
Suatau penyampaian dengan kata-kata atau ungkapan yang mempunyai arti atau tidak diartikan secara sebenarnya untuk menunjukan pengidentifikasikan suatu benda
Pengertian Metafora dalam arsitektur
-       Menurut Anthony C Antoniades dalam Poetic of Architecture, “ Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topic dalam pembahasan”. Dengan kata lain menerangkan suatu objek dengan objek lain, mencoba untuk melihat suatu objek sebagai sesuatu yang lain.
-       Menurut C Snyder dan Anthony J Catannese dalam introduction to Architecture mengatakan Metafora mengidentifikasi pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan parallel dengan melihat keabstrakannya”, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal.
-       Menurut Geoffrey Boadbent dalam Design in Architecture, mengatakan “Transferring : figure of speech in which a name or description term is transferred to some object different from” dan juga menurutnya metafora pada arsitek adalah merupakan salah satu metode kreativitas yang ada dalam design spectrum perancang.
-       Menurut Aristotle, cendekiawan Yunani, dalam buku De Poetica, membahas makna metafora. Didalamnya Aristotle menyebutkan, “metafora adalah suatu pemindahan makna-makna istilah yang literal, baik dari makan yang umum kepada makna yang spesies (spesifik) atau dari spesifik ke umum atau dari spesifik ke spesifik atau melalui analogi.
Berdasarkan pengertian metafora menurut beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metafora adalah ;
Mengidentifikasi suatu bangunan arsitektural dengan pengadaian suatu yang abstrak sehingga masing-masing pengamat akan mempunyai persepsi masing-masing yang timbul pada saat pertama kali melihat bangunan tersebut.
Metafora bukan sekedar bahasa semata, didalmnya terdapat unsur pemahaman yang mempengaruhi pemikiran seseorang dalam mencerna suatu makna yang disampaikan. George Lakoff dan Mark Johnson mengemukakan bahwa pemakaian bahasa seringkali mencerminkan pengertian metaforik yang telah melekat dalam berbagai area kehidupan, karenanya menuntut kemampuan pemahaman manusia termasuk didalamnya.



Dalam Poetic of Architecture, Anthony C Antoniades mengatakan bahwa ada tiga kategori dari metafora arsitektural, yaitu “intangible” (tidak nyata), “tangible” (nyata) dan Combine.
1.       Metafora abstrak (Intangible Metaphors)
Dasar metafora perancangan berasal dari suatu konsep, ide, kondisi manusia dan kualitas tertentu (individualitas, kealamiahan, tradisi, komunitas, budaya). Dimana ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah konsep yang abstrak.
2.       Metafora konkrit (Tangible Metaphors).
dasar metafora timul alngsung dari beberapa karakter isual atau material (menara yang speerti tongkat, rumah sebagai istana, atap sebuah kuil sebagai langit).
3.       Metafora kombinasi (Combine Metaphors)
Didalamnya konseptual dan visual bertidih sebagai bahan inti dasarnya, dan visual sebaai dalaih mendeteksi kebaikan, kualitas, dan fundamental dari wadah visual tertentu (computer, sarang lebah, keduanya merupakan kotak dari proporsi relevan, yang juga memiliki kualitas disiplin, organisasi, koperasi).
Jadi kesimpulan metafora dalam arsitketur bahwa kenyataan metafora yang ada dalam arsitektur, memiliki konsep aewal sebagai ide pemberangkatan metaforanya, menimbulkan makna yang tidak literal dan emnyampaikan makna tersebut dari arsitek pada pemakai bangunan sehingga bermakna konotatif di samping fungsinya.
Metafora berkaitan dengan pemahaman manusia, dengan pengalaman yang melatar belakangi pemikiran manusia. Melalui sifat, ciri-ciri atau karakteristik yang terdapat dalam sebuah konsep, untuk kemudian dijadikan bentuk ruang tiga dimensi, karakteristik ruang, kode visual maupu ekspresi tarikan garis adalah upaya untuk merangsang pemahaman manusia kepada konsep yang ingin ditampilkan sebagai ide awal pemberangkatan metafora.



Pemilihan Pendekatan Metafora Sebagai Tema
Sesuai dengan teori dasar metafora dalam Anthony C Antoniades, dasar metafora yang digunakan adalah metafora kombinasi (Combine Metaphors). Dasar metafora perancangan berasal dari suatu konsep, ide, kondisi manusia dan kualitas tertentu (individualitas, kealamiahan, tradisi, komunitas, budaya) di gabungkan dengan (bentuk, karakter visual/material dan diungkapkan secara lugu dan langsung), dimana ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah konsep penggabungan abstrak dan konkrit.

Arsitektur berdasarkan prinsip-prinsip Metafora
Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip Metafora, pada umumnya dipakai jika :
-       Mencoba atau berusaha memindahkan keterangna dari suatu subjek ke subjek lain
-       Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.
-       Mengganti focus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).

Kegunaan Penerapan Metafora dalam Arsitektur
Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut :
-       Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain
-       Mmepengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat
-       Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
-       Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.
Dalam merancang dengan menggunakan tema analogi dan metafora, seorag arsitek akan mempunyai imajinasi yang tinggi karena tidak mudah emmbaangkan suatu hal sebagai sesuatu yang lain yang jauh berbeda. Begitulah analogi dan metafora dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebauh bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan imaji tidak mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa, analogi dan metafora menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi.




Kaitan Tema Dengan Judul
Jadi Arsitektur Metafora diplih sebagai pendekatan dari suatu perwujudan karakter menjadi sebuah bentuk arsitektural yag dapat mempresentasikan makna / tema.
Penerapannya terhadap bangunan ini beranalogi terhadap potensi daerah setempat yaitu topeng khas daerah malang dan dimetaforakan dengan metafora combine ke dalam bentuk bangunan. Penerapan metafora ini sangat ditekankan kepada suatu pembentukan identitas, agar nantinya bangunan tersebut memiliki makna berupa tanda yang dapat dipahami masyarakat pengunjung tanpa menghilangkan potensi daerah setempat, diantaranya :
-       Kejadian                                    - Budaya
-       Sejarah                                      - Potensi (sebagai budaya local daerah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar